Tradisi Endhog-Endhogan Banyuwangi (Perayaan Maulid Nabi)

maulid nabi muhammad dibanyuwangi, adat endhog-endhogan, pesta endhog-endhogan di banyuwangi
endhog-endhogan banyuwangi picPerayaan Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W di Banyuwangi adalah kemeriahan kedua setelah Hari Raya Eidul Fitri, malahan pada desa desa tertentu melebihi kemeriahan Hari Raya Eidul Fitri . Rangkaian perayaan ini sambung menyambung dari satu mesjid ke mesjid lain, bisa berlangsung lebih dari satu bulan.
Dalam perayaan ini akan dilantunkan sejarah nabi yang secara umum disebut Barzanji, tetapi di Banyuwangi ada ciri khusus yaitu perayaaan Maulid Nabi disertai Kembang Endog atau Endog Endogan , atau kembang telur. Kembang telur adalah hiasan yang terdiri dari sebuah telur dimasukkan ke semacam sangkar yang terbuat dari bambu, dihias dengan aneka cara , dan diatasnya ditutup dengan hiasan bunga mawar .Ritual Endog Endogan diyakini sebagai ritual peninggalan para wali, yaitu para ulama terkemuka yang menyebarban Islam pertama kali di tanah Jawa yang dikenal dengan Wali Sanga.Salah seorang dari Wali Sanga tersebut ,Sunan Giri putra Blambangan .Blambangan sangat identik dengan Banyuwangi, karena di Banyuwangi ada tiga ibu nagari terakhir Blambangan yaitu Bayu , Macan Putih , Kota Lateng. Maka sangat mengasyikkan mengurai kemeriahan perayaan Maulid Nabi di Banyuwangi .

Blambangan negeri subur makmur dan negeri Spiritual

Blambangan bermula dari Lamajang Tigang Juru ,daerah sigar semongko Majapahit yang diserahkan R. Wijaya pendiri MAJAPAHIT kepada Arya Wiraraja karena jasanya mengusir serbuan Ku Bilai Khan yang akan menguasai Singasari/tanah Jawa [1].Lamajang Tigang Juru mencapai kemakmuran yang luar biasa pada masa Bhree Wirabhumi , putra kinasih Prabu Hayam Wuruk ( Rajasa Nagara )[2] dari Rabi Haji[3]. Ketika Prabu Hayamwuruk mengunjungi Lamajang Tigang Juru pada tahun 1369 , dan menjadikan kota ini pertemuan tiga nagari dibawah Majapahit, Lamajang , Bali, dan Madura , seorang pujangga dan sejarahwan besar Majapahit ,Prapancha yang mengikuti perjalanan tersebut ,menyebut negeri ini dalam bukunya yang sangat terkenal Negara Krtagama dengan Balumbungan artinya negeri yang memiliki banyak lumbung .Sejak itulah negeri ini dikenal sebagai Balumbungan , yang kemudian berubah menjadi Blambangan[4] ( Pigeaud).

Negeri ini sangat luas menurut DR .( Leiden) Sri Margana dan Drs I Made Sudjana MA ( Leiden), mencakup Lamajng , Kedawung ( Jember dan Bondowoso ) Parukan ( Situbondo ) dan Banyuwangi , sehingga luasnya mencapai 10.ribu kilometer atau dua kali p. Bali. Selain sebagai negeri yang subur makmur, Blambangan juga memiliki gunung Semeru , tempat bersemayam raja para Dewa yaitu Syiwa ( Negara krtagama) , sehingga Semeru adalah gunung suci ummat Hindu. Semeru telah menjadi Gunung Suci ummat Hindu , sejak masa awal ummat Hindu pindah dari jawa Tengah ke Jawa Timur seperti tersebut dalam prasasti Ranukombolo , yang terletak di tepi Danau Ranu Kumbolo ,lereng gunung Semeru.Prasasti menceritakan bahwa Raja Kameswara dari Kediri melakukan ritual suci di gunung Semeru. Demikian juga dicatat dalam Negara Krtagama karangan Mpu Prapanca bahwa Gunung Semeru adalah Gunung tempat Dewa Siwa, dewa dari segala dewa bersemayam , sehingga juga menjadi bagian yang dikunjungi Raja Rajasa Nagara /Prabu Hayamwuruk dalam melakukan ritual suci.Dengan demikian , Blambangan memiliki arti yang sangat strategis bagi Majapahit , karena selain subur makmur juga merupakan tanah suci ummat Hindu.

Tetapi keberhasilan Bhree Wirabhumi membangun nagari ini ternyata tidak serta merta menjadikan dia Raja Majapahit, karena ketika Hayamwuruk wafat birokrasi dipusat Majapahit , yang rapuh karena tidak ada lagi Tri Bhuawana Tunggadewi, Hayam Wuruk, Gajah Mada,mengangkat Kusumawardhani putri dari ibu suri. Kusumawardhani adalah seorang ibu rumah tangga , yang tidak memiliki kemampuan memerintah negeri, sehingga membuka jalan suaminya Wikramawardana mengambil alih kekuasaan.Pengambil alihan oleh Wikramawardhana inilah yang membuat Bhree Wirabhumi menggugat,karena sebagai putra tunggal Hayamwuruk( secara trah ) dia merasa lebih berhak atas tahta Majapahit di bandingkan seorang menantu, dan pengangkatan Kusumawarhani itu patut diduga hanya camuflage . Ketika tuntutannya tidak berhasil , maka Bhree Wirabhumi meminta pengakuan delegasi dinasty Ming yang dipimpin Laksamana Cheng Ho untuk mengakui kedaulatan Blambangan Kaisar Yung Lo dari dinasty Ming pun mengakui dan menyebutnya Majapahit Kedaton Wetan Adanya dua matahari di Majapahit tentu membikin marah Majapahit Pusat /Kedaton Kulon.Perangpun tidak terhindarkan yang kemudian dikenal sebagai Perang Paregreg ( Perang yang terjadi berulang kali). Blambangan kalah dan Bhree Wirabhumi terbunuh .[5] Terbunuhnya Bhree Wirabhumi ternyata tidak menghentikan permusuhan antara Wikramawardhana dan keturunan Bhree Wirahumi.

Blambangan Negeri Para Wali

Maka ketika Suhita menggantikan Wikramawardana , Suhita yang memiliki trah yang sama dengan Bhree Wirabhumi melaksanakan perdamaian dengan Blambangan , dengan mensucikan dengan mendirikan candi untuk Bhree Wirabhumi , mengangkat putra putra Bhree Wirabhumi,Bhree Pangembangan menjadi adipati Blambangan, Bhree Matahun , Bhree Mataram , Bhree Lasem.[6] Blambangan harus membangun dari titik awal , karena telah hancur lebur karena Perang Paregreg . Beruntung Blambangan memiliki sumber daya alam yang subur, yang sangat dibutuhkan oleh nagari nagari di Melayu maka terbangunlah hubungan yang mesra antara Blambangan dengan kerajaan Islam di pantai utara Jawa, yang sangat memerlukan hasil bumi Blambangan untuk dijual ke Melayu . Hubungan yang sangat erat antara kedua kerajaan yang berbeda agama ini ditandai dengan perkawinan putri adipati Blambangan Sekar Dalu[7] dengan Maulana Ischak saudara Maulana Malik Ibrahim yang saat itu telah menjadi ulama besar di Jawa. Maulana Ischak dan Maulana Ibrahim adalah putra Syech Zaenal Kubra/Syech Jamaludin Kubra[8]

Perkawinan ini dalam konsep feodalisme penjajahan menjadi sangat aneh , ketika penjajah mengadu domba antar pemeluk agama, suku , di Nusantara , maka muncullah segala macam dongeng . Namun hal ini sebenarnya bisa diterima pada saat itu , karena Majapahit bukan negara Theocrasi , Majapahit adalah negara Demokrasi , egaliter jauh dari konsep feodalisme , dan sara. Majapahit memiliki konsep pengaturan agama yang dikenal sebagai Tri Paksa[9] , bahwa setiap orang harus menjalankan agamanya dengan sebaik baiknya , dan mematuhi hukum negara . Artinya seorang ummat Hindu hendaknya menjadi ummat Hindu yang baik , demikian juga Budha , dan Islam . Raja adalah Ksatrya yang tidak mengurusi agama , berdiri diatas semua golongan. Agama sepenuhnya menjadi tugas para pemimpin agama ( Brahmana, Pandita, Bhiksu ). Konsep menyatu raja sebagai wakil Tuhan ( manunggaling Kawula Gusti )baru muncul pada masa Mataram.

Dalam kepatuhan yang kuat kepada iman agamanya , serta mematuhi aturan Negara , maka tercapailah perdamaian dan kesejahteraan masyarakatnya .Demikian juga perkawinan antara Maulana Ischak dan Dewi Sekardalu, dapat diterima dengan legowo.Syahdan ketika Dewi Sekar Dalu hamil timbullah persoalan tentang agama pewaris tahta. Maklumlah Maulana Ischak memiliki garis keturunan dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah putri kesayangan nabi Muhammad SAW , karena itu beliau dijuluki Wali Lelaning Jagad ( Guru Para Wali), sedang dewi Sekardalu memiliki garis keturunan dengan Prabu Hayamwuruk yang oleh ummat Hindu telah dinobatkan sebagai penjelmaan Dewa Syiwa.( Negara Krtagama ) Rupanya masalah ini diselesaikan dengan baik , Maulana Ischak harus meninggalkan Blambangan , tetapi sang putra yang lahir diperkenankan beragama Islam . Maka ketika bayi lahir, Dewi Sekardalu menyerahkan putranya kepada pedagang terkaya yaitu Nyi Ageng Pinatih.Nyi Ageng Pinatih adalah putri Majapahit yang telah bersuamikan pedagang muslim kaya. Beliau meneruskan tradisi suaminya yang telah meninggal. Putra Dewi Sekardalu dan Maulana Ischak , dijuluki R. Samudra [10], karena pada saat kehamilan telah menimbulkan gelombang pergeseran politik ( bukan agama), tetapi juga disebut R. Paku karena pembawa damai , karena dapat menyelesaikan masalah dengan baik . Dalam pengasuhan beliau R.Paku mendapat didikan sebagai putra raja dan mendapat pendidikan agama yang mumpuni dari Sunan Ampel Oleh karena itu R. Paku memiliki pengetahuan yang luas tentang tata negara dan pengetahuan agama . Karena keahlian inilah kemudian R. Paku membangun pesantren di Kebo Mas sehingga beliau dikenal sebagai Sunan Giri[11]. Karena kepiawiaannya dalam pemerintahan Pesantren Giri, berkembang menjadi pusat peradaban dan perdagangan sehingga Giri menjadi Kedaton Giri dan ketika Sunan Ampel wafat maka Para Wali Sanga mengangkat belia menjadi Pemimpin Para Wali. Beliaulah yang menetapkan kesyahan Sultan di Nusantara dan Tanah Melayu[12] , termasuk pengesahan Sultan Sutawijaya dari Mataram[13]

Selain Sunan Giri , Blambangan juga memiliki seorang wali dari garis trah Tawangalun, yaitu R. Mas Sepuh.dan juga Habib Ali bin Umar Bafaqih , beliau lahir di kampung Arab Banyuwangi R.Mas Sepuh dan Habib Ali bin Umar Bafagih ditetapkan oleh ummat Islam Bali sebagai dua wali dari Wali Pitu , yaitu para ulama penyebar agama Islam di Bali.

Maka Blambangan selain memiliki gunung suci Hindu , patut juga dikenang sebagai tanah para wali . Hanya ditanah ini berkifrah empat wali berkifrah menyebarkan agama Islam yaitu Maulana Ischak ( Lelaning Jagad /Guru Para wali), Sunan Giri, dan Raden Mas Sepuh dan Habib Ali bin Umar Bafaqih[14]

Maulid Nabi dan Berjanzi

Untuk memahami kaitan Kembang Telur atau endog Endogan warisan para wali dengan Maulid nabi , maka kita perlu , melihat ke masa jauh , ketika Maulid Nabi diadakan.Memang tidak ada hadist yang memerintahkan Maulid Nabi. Sehingga ada yang memandang sebagai bid’ah , tetapi ada juga sebagai budaya. Baiklah kita cermati dan kita hargai.
Maulid nabi ,benar tidak pernah diadakan ketika nabi masih hidup sampai pada zaman Khalifa’ Ar Rasyidin maupun pada masa dinasty Umayyah.Tetapi semakin jauh tahunnya ummat berpisah dengan Nabinya, dan semakin jauh Islam menyebar dari tanah kelahiran Nabinya, adalah manusiawi jika ummat semakin merindukan / medambakan sosok rochani pemimpinnya.
Maka adalah Dynasti Fathimiyah (909 sd 1171Masehi) yang memerintah Mesir , Afrika Utara, dan Palestina, mendeklarasikan sebagai keturunan Nabi Muhammad S.A.W. dan memulai tradisi merayakan peristiwa besar yang berkaitan dengan Nabi dan keturunan keturunan nabi, seperti Maulud Nabi, wafatnya Sayidina Ali, wafatnya Sayidina Hasan dan Husen.Perayaan ini tersebar di seluruh kerajaan Fathimiyah , mulai bergema di gurun gurun , di lembah lembah , dari perayaan yang biasa biasa saja sampai perayaan yang megah di istana.Raungan cinta telah memenuhi bumi kerajaaan Fathimiyah . Bukan cinta biasa, tetapi cinta yang agung kepada pemimpin rochaninya. Pada saat itu ulama mulai membacakan riwayat nabi dan melantunkan pujian dan menyampaikan selawat kepada Rasul Junjungan Alam berdasar riwayat yang disampaikan para sahabat yang mengingat dan menulisnya dengan cermat riwayat hidup nabinya.
Begitu lengkap nya catatan tentang nabi Muhammad SAW sampai sampai seorang ahli sejarah modern Amerika Samuel Jacobson ,seorang raksasa sejarah menulis dalam bukunya the Venture of Islam”bahwa dokumentasi nabi Muhammad yang tersebar dikalangan ummat Islam sangat terperinci dan dapat dijadikan dasar penulisan ilmiah ,lebih banyak diketahui dari nabi lainnya”
Kini Islam mulai menyebar tidak saja di negeri Arab tetapi memasuki negeri Mesir , Afrika Utara , tanah Arya, ( anak benua India) , ketika gurun pasir tergantikan stepa padang rumput yang hijau, kebun kurma digantikan pohon buah dan segala macam bunga, dan oase digantikan sungai besar yang jernih dari puncak bersalju maka penghayatan cinta kepada Nabipun berubah.[15]
Ketika di Arab penghayatan cinta terhadap Nabi dinyatakan dengan bahasa yg jelas dan lugas maka di negeri yang indah ini ,kata kata pun mulai berbunga bunga , metafora namanya.Tidak saja sastrawan , tetapi ulamapun menggunakan methapora, malahan para Sufipun menggunakan bahasa methaphora, dengarlah sajak Rumi yang mengharu biru itu.
Mungkin di Arab sangat sedikit sangat sedikit bahasa Methapora , tetapi Al Qur’an yang diperuntukan seluruh ummat manusia memberi tempat yang khusus untuk methapora,ayat Muthasyabihat kata para ulama. Dan Nabi Muhammadpun senang menggunakan methapora: Ya Humaira ( Yang Merah Muda)begitu beliau memanggil Ibunda Siti Aisyah

Maka ditanah yang sangat indah , bunga bermekaran di musim semi , di sungai yang sangat jernih , dimana gunung gunungnya bersalju dimusim dingin , langit biru, maka sejarah nabipun menjadi syair yang amat indah . Adalah seorang ulama Syech Ja’far Al Barzanji bin Abdul Karim di negeri dibawah daulah Salahudin Al Ayyubi , Gubernur di zajirah Syiria ( sekarang Lebanon ,Israel , Palestina.Suriah , Yordania) yang begitu besar cintanya kepada Rasulullah, menulis syair indah menceritakan riwayat hidup Rasulullah.
Begitu banyak methapora di pujian cinta ini[16]

Kata Shirah Nabawiyah ( sejarah nabi ) digantinya Iqa Al Jawahir (Kalung Permata)
Ramalan tentang kehancuran Persia dituliskan Goncang dan bergetarlah istana Kosru Anu Syarwan dan empat belas menara yang menjulang tinggi ke angkasa runtuh
Tentang kelahiran Nabi ditulisnya Telah terbit purnama ditengah kita , maka tertutuplah semua bulan purnama
Tentang Nabi sendirinya ditulisnya Paduka adalah surya ,paduka adalah purnama.Paduka adalah Cahaya diatas Cahaya.

Tetapi ketika beliau menulis tentang kepribadian nabi, tiba tiba kalimatnya menukik , amat lugas dan jelas tidak ada methapora sedikitpun.Coba renungkan kalimat dibawah ini;

Beliau adalah seorang pemalu dan rendah hati
Beliau tidak pernah mengandalkan bantuan orang lain
Beliau memperbaiki sandalnya yang rusak, menambal bajunya
Memerah susu kambing dan belanja ke pasar
Sangat besar kasihnya pada fakir miskin, duduk bersama mendengar keluhannya,selalu mengunjungi orang sakit,mengantarkan yang mati hingga kekubur
Jika ada yang memerlukan bantuan, beliau berikan persedian makan yang tersedia, sedang beliau nenempelkan batu pada perutnya untuk menahan laparnya

Dan coba resapkan kalimat ini diakhir acara bacaan Barzanji ini, ketika hati kita telah tergoncang goncang dipenuhi rasa rindu kita berdiri dan selawatpun dibaca

Selamat datang duhai permata hatiku
Selamat datang duhai eyang Hasan dan Husen.

Sungguh syair cinta yang indah, yang akan membuat para pecintanya , tak mampu menahan air mata, menangis menahan sakit dada, karena begitu dekatnya beliau dengan kita dan dengan terbata bata kita akhiri dengan doa sederhana tetapi penuh makna

Duhai Rabb , hambamu memohon harumkan pusara Baginda,
Dengan wewangian aneka bunga ,
Inilah doa sederhana serta selawat kepada Baginda.

Itulah sedikit kutipan dari Syair pujaan Iqa al Jawahir yang terdiri dari 19 bagian dan 355 bait, dari seorang ulama yang juga sastrawan Syech Ja’far al Barzanji bin Abdul Karim yang ditulis pada abad ke 13.

Maka ketika syair itu didengar seorang gubernur dynasty Fahtimiyah di Palestina, Salahudin Al Ayyubi ,beliau terkagum kagum akan indahnya syair tersebut maka Salahuddin memohon kepada dinasti Abbasiyah , dynasti Islam di tanah Bangsa Arya (Arab , Turki ,Eropa Timur dan Asia Tengah, Iran) , dan pelayan dua kota suci Mecca dan Madinah, untuk menyebarkan luaskan syair Iqa Al Jawahir pada jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia. Betapa indahnya hubungan kerajaan Islam pada waktu itu, demi syiar agama maka dilupakan kekuasaan . Dinasti Abbasiyah bisa menerima syair yang indah dari pujangga dinasti Fathimiyah , tanpa sedikitpun prasangka . Tidak terbersit kekuatiran bahwa dinasti Fathimiyah akan menggunakan syair tersebut , untuk merebut hati rakyat dinasti Abbasiyah , untuk melebarkan kekuasaan.Maka mulai saat itu peringatan Maulud Nabi dengan pembacaan Iqa al Jawahir mulai menyebar keseluruh dunia..
Begitu dahsyatnya pengaruh Barzanji untuk persatuan ummat maka ketika Salahudin al Ayyubi, menjadi panglima kerajaan Islam untuk membendung usaha persatuan kerajaan Katholik Roma merebut Jerusalem ( Perang Salib), beliau menggunakan syair ini untuk memompa semangat rakyatnya dengan syair tersebut. Kenyataannya syair tersebut tidak saja mampu memompa semangat dalam perang tetapi juga mampu menumbuhkan semangat kemanusian , karena sesungguhnya Muhammad SAW adalah seorang humanis sejati. Perbedaan tentang siapa yang patut menguasai tanah suci Yerusalem tidak seharusnya diselesaikan saling membunuh,ada jalan kemanusian yang jauh lebih lapang. Ketika Raja Richard The Lion Heart , King of The Great Britain , Panglima sekutu Katholik Roma dari Eropa , sakit , maka perangpun dinyatakan cease fire.( diistirahatkan) .Dalam situasi cease fire itulah Salahuddin Al Ayyubi menyamar sebagai Tabib dan mengobati Raja Richard , sehingga sembuh dari sakitnya.Dan akhirnya kita mengenal Salahuddin al Ayyubi, bukan saja gubernur tanah Palestina, tetapi Sultan Palestina , Suriah dan Mesir yang melegenda dalam Perang Salib, dihormati di negeri Islam ,negeri Kristen Beliau tidak saja mengakhiri Perang Salib, tetapi membuat perdamaian yang adil dengan Richard the Lion Heart, King The Great Britain (Inggris Raya). Sungguh luar biasa, perkasa dalam medan laga, tetapi berbudi dalam kemanusian.

Maulid Nabi dinegeri Para Wali ketika Methapora saja tak Cukup

Heibatnya pengaruh Barzanji tidak saja pada abad ke 12 tetapi terus menembus zaman , menembus batas kerajaan atau negara sehingga menjadi syair pujian universal, dan mencapai Swarna Dwipa, Jawa Dwipa .Ummat Islam , sekarang sudah tidak dalam satu continent ( benua)lagi , tetapi sudah terpisah lautan yang sangat ganas. Bukan lagi didaerah gurun yang gersang, atau distepa rerumputan yang terbentang luas, dengan gunung gunung yang biru, tetapi telah datang ke Nusantara ,tanah percampuran dua peradaban dunia yaitu bangsa Arya dan Bangsa Mongolid, tempat hutan belantara, gunung yang biru, sungai yang jernih,pohon buah dan bunga tumbuh dimana saja. nyanyian burung burung memenuhi udara dan ditanah berpasirpun masih tumbuh pohon nyiur yang melambai lambai
Di tanah ini , di Nusantara , kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang pernah mengukir namanya dengan tinta emas sejarah dunia , karena keperkasaannya dan begitu luas daerahnya , dan amat luhur peradabannya ..Agama agama besar dunia(Hindu dan Budha) tidak saja berkembang dengan baik dinegeri ini, malah mendirikan bangunan monumental dunia yaitu Candi Kamulan Bhumisambhara yang kita kenal dengan Borobudur.[17] Tidak hanya membangun peninggalan yang megah , tetapi juga membangun ritual ritual baru.Di tanah ini,cinta, karakter, nasehat, tidak cukup dengan kata kata yang indah,atau methapora yang memukau ,tetapi juga diwujudkan dengan visualisasi.
Coba amati barisan ksatria dalam cerita Ramayana,dan Bharatayudha, divisualkan dengan amat canggih dan detail dan deretan wayang kulit yang berjajar dikelir warna putih.Raja Agung Ayodya Sri Rama berbeda dengan raja Agung Amarta, prabu Kun(Pun)tadewa, play boy dan ksatrya Amarta, Raden Arjuna begitu memesona bibirnya ,dan matanya, tetapi badannya atletis, halus, bersih tetapi bertenaga, lain lagi visual tukang gossip, Butha Cakil., mulutnya mancung , bertaring tajam, kotor,matanya besar jelalatan,

Ya metafora tidak cukup, maka nasehat perkawinan , hari kelahiran , penuh dengan visualisasi. Maka para wali ,ulama yang sangat memahami peradaban Nusantara ,mulai menyajikan perayaan Maulid Nabi, sesuai peradaban Nusantara , memvisualkan Maulid Nabi agar ummat lebih memahami maknanya .
Berita tentang hari kelahiran Nabi , menjadi perayaan Sekaten ( Dari kata Sahadatin), pada hari itu dialunkan lagu sendu dari gamelan agung Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga wilaga ( Yogyakarta) dan Kyai guntur Madu dan Kyai Guntur Sari Surakarta , Iqra al Jawahir , dimudahkan dengan menyebut Barzanji, sebagai penghormatan pada penciptanya sedang ‘tentang maksud diadakan Mauludpun diviisualkan dengan kembang telur.
Kembang telur adalah visual pohon kehidupan ,yang ditengahnya diisi dengan telur dan diatasnya di hias dengan bunga mawar.
Mengapa ada pohon kehidupan yang berbuah telur dan berbunga mawar?:

Bunga mawar kecintaan para Sufi,

Para penyebar Islam di Nusantara awal , datang dari Asia Tengah seperti Sunan Malik Ibrahim Asmarakandi ( Asmarakandi adalah Samarkand, Bukara Asia Tengah )tanah bangsa Arya adalah seorang sufi agung. Dalam babad dan penulisan sejarah para wali , ditulis beliau berasal dari nagari Champa atau China . Hal ini dapat dimengerti karena mungkin belaiu telah menetap lebih dulu ditempat tersebut. Tetapi sebenarnya asal usulnya berasal dari Samarkand. Jika kita lacak berdasar catatan sejarah , telah terjadi pengungsian besar besar ummat Islam setelah Jengkis Khan menaklukkan kerajaan Abbasiyah . Tetapi karena mereka memiliki kecakapan maka pada masa Ku Bilai Khan , direqruit kembali menjadi pemimpin . Expedisi Ku Bilai Khan , ke Singasari , armada lautnya , adalah muslim Uighur dibawah pimpinan Ikh Musu . [18]

Dalam wawasan para sufi di Asia Tengah bunga mawar adalah bunga yang dibawa nabi dari surga. Dikisahkan tentang perjalanan nabi waktu Israq Mi’raj. Ketika nabi sampai dipintu suarga loka,nabi bergetar, alangkah indahnya surga itu, seluruhnya putih berkilauan laksana sinar berlian, harum semerbak memenuhi surga ,dan nabipun menghirup seluruh harumnya ,dan Ya alloh ,.ketika nabi berkeringat dan Allohpun menghendaki , maka keringat nabipun berubah menjadi bunga mawar .[19]Annemarie Schimmel, seorang ilmuwan Jerman yang tersohor, yang menjadi pavorit Gus Dur dalam bukunya Dimensi Mistik Dalam Islam, menulis tentang heibatnya bunga mawar sebagai simbol sufi agung. Dikisahkan Syaich Abdul Kadir Jaelani, tokoh rochani Sufi yang paling di hormati di dunia ( termasuk Nusantara ), begitu tingginya tingkat kesufian beliau , sehingga beliau mampu mempersembahkan bunga mawar yang amat indah kepada para sufi di Bagdad, pada musim salju.( Di musim dingin bunga mawar tidak berbunga).

Bunga mawar oleh karena itu mempunyai kedudukan yang tinggi dalam percaturan peradaban Islam . Bunga mawar adalah bunga surga . Hal ini nampak juga bangunan Taj mahal makam pualam yang terindah didunia dan menjadi World Heritage Site dari Unesco , dipenuhi dengan bunga mawar,sebagai methapora pujaan hatinya berada didalam surga.Makam ini dibangun Syah Jahab , raja dynasti Mughal di India Syah Jahan untuk istrinya tercinta Mumtaz Mahal,


Kembang Endog dan pencerahan jiwa Manusia

Maka tidak aneh para Wali dari Jawadwipa inipun mewujudkan metaphora Maulid Nabi ,dengan pohon kehidupan yang berbuah telur ( endog) dan dipayungi bunga mawar.
Lalu apa maksudnya telur, ditengah pohon kehidupan itu .Coba dengar wejangan seorang Kyai sepuh , pada para santrinya, diujung pulau Jawa sana.
Pohon kehidupan dengan telur ditengah dan diatasnya ada bunga mawar maksudnya adalah nasehat kehidupan untuk menuju hidup dengan penuh kesempurnaan .Perjalanan hidup itu harus melalui tiga tahapan yaitu Pecahkan kulit telurnya, artinya terima sepenuh hati Iman., kemudian nikmati putihnya agar menjadi orang yang suci hatimu sehingga kuat Islammu, dan setelah itu nikmati kuningnya, sebagai keagungan jiwa sehingga dikau adalah orang Ichsan. Maka jika seperti itu perjalanan hidup maka sudah sepantasnya mendapat bunga mawar, bunga kesayangan para sufi, bunga surga, artinya kita mencapai Khusnul Chotimah, bahagia didunia dan akhirat .
Maka di tanah para wali ini, masyarakat Banyuwangi yang mengagungkan warisan leluhurnya , dengan seluruh keichlasan jiwanya , menyajikan Kembang Endog /Endog endogan dalam memperingati Maulid Nabi , agar seluruh tuntunan hidup itu diingat setiap saat.

Artikel ini ditulis oleh Bpk. Sumono

Post a Comment

© Tips Kunci. All rights reserved. Premium By NiaDzgn